Home
Prosa Kopi Esai dari Pinggiran
Barnes and Noble
Loading Inventory...
Prosa Kopi Esai dari Pinggiran in Franklin, TN
Current price: $22.76

Barnes and Noble
Prosa Kopi Esai dari Pinggiran in Franklin, TN
Current price: $22.76
Loading Inventory...
Size: OS
"Kernet dan sopir angkot."
Demikian Mas Tasch-nama panggilanku untuk sang penulis buku ini-menyebut dirinya di Kompasiana dulu. Seniman serba bisa ini tentu saja bukan sedang merendahkan diri apalagi merendahkan profesi. Beliau menyebut dirinya 'kernet' dan 'supir angkot' tanpa tendensi apa pun.
Jadi, mengapa judul buku ini Prosa Kopi Esai dari Pinggiran?
Kalau Pembaca yang Budiman pernah mengikuti kisah perjalanan Teater Koma tempat beliau ditempa dan menempa karsa, mungkin kalian bisa paham, bahwa yang disebut pinggiran itu tak selalu berada di pinggir. Bisa berada di tengah. Bahkan di puncak.
Demikian Mas Tasch-nama panggilanku untuk sang penulis buku ini-menyebut dirinya di Kompasiana dulu. Seniman serba bisa ini tentu saja bukan sedang merendahkan diri apalagi merendahkan profesi. Beliau menyebut dirinya 'kernet' dan 'supir angkot' tanpa tendensi apa pun.
Jadi, mengapa judul buku ini Prosa Kopi Esai dari Pinggiran?
Kalau Pembaca yang Budiman pernah mengikuti kisah perjalanan Teater Koma tempat beliau ditempa dan menempa karsa, mungkin kalian bisa paham, bahwa yang disebut pinggiran itu tak selalu berada di pinggir. Bisa berada di tengah. Bahkan di puncak.
"Kernet dan sopir angkot."
Demikian Mas Tasch-nama panggilanku untuk sang penulis buku ini-menyebut dirinya di Kompasiana dulu. Seniman serba bisa ini tentu saja bukan sedang merendahkan diri apalagi merendahkan profesi. Beliau menyebut dirinya 'kernet' dan 'supir angkot' tanpa tendensi apa pun.
Jadi, mengapa judul buku ini Prosa Kopi Esai dari Pinggiran?
Kalau Pembaca yang Budiman pernah mengikuti kisah perjalanan Teater Koma tempat beliau ditempa dan menempa karsa, mungkin kalian bisa paham, bahwa yang disebut pinggiran itu tak selalu berada di pinggir. Bisa berada di tengah. Bahkan di puncak.
Demikian Mas Tasch-nama panggilanku untuk sang penulis buku ini-menyebut dirinya di Kompasiana dulu. Seniman serba bisa ini tentu saja bukan sedang merendahkan diri apalagi merendahkan profesi. Beliau menyebut dirinya 'kernet' dan 'supir angkot' tanpa tendensi apa pun.
Jadi, mengapa judul buku ini Prosa Kopi Esai dari Pinggiran?
Kalau Pembaca yang Budiman pernah mengikuti kisah perjalanan Teater Koma tempat beliau ditempa dan menempa karsa, mungkin kalian bisa paham, bahwa yang disebut pinggiran itu tak selalu berada di pinggir. Bisa berada di tengah. Bahkan di puncak.